Fatimah binti Harjo Sasono
Dulu aku mengenalmu
Manis anggun berkerudung
Merdu suaramu saat bersenandung
Kuingat kau juga juara MTQ
Kemarin aku melihatmu
Dijemput lelaki dengan Yamaha Vixion
Wajahmu ber-make up tebal
Parfummu tercium hingga jarak 30 meter
Jam tujuh malam kau masih di Amplaz
Bersama lelaki Yamaha Vixion
Jam segitu mestinya kau mengaji kitab kuning
Atau mendengarkan taushiyah Pak Qomaruddin
Apakah kau lupa dengan harapan ayahmu
Apakah kau abai dengan doa ibumu
Agar kau menjadi ustadzah yang tawadhu’
Agar kau menjadi wanita sholihah
Sebaiknya kau kembali ke pesantren
Tak ada gunanya kau kuliah di universitas negeri itu
Hanya bagus gedungnya saja
Lebih baik kau pahami akhlak
Violina Bukan Cinta Biasa
Di parkiran FMIPA tahun 2005
Dia memanggil namaku
Gadis berkerudung abu-abu
Menurutku mirip Snow White
Di dekat parkiran FMIPA tahun 2009
Dia kembali memanggil namaku
Tapi saat itu pakai kerudung kuning
Masih tetap mirip Snow White
Pada tahun 2010
Aku sering kembali ke parkiran FMIPA
Berharap bisa bertemu dengan Snow White
Tapi dia tak pernah datang lagi
Aku tak bermaksud memiliki dia
Tak pernah ada niat menyentuh dia
Aku hanya ingin mendengar dia memanggil namaku
Dengan suara lembut seperti dulu
Mungkin dia sudah pergi
Dijemput pangeran tampan berkuda
Berbahagia di dalam istana mewah
Syukurlah kalau seperti itu
Andai diizinkan oleh pangeran
Ingin kurekam suaranya memanggil namaku
Kujadikan ring tone di HPku
Dijadikan RBT pun pasti laku
Kang Bejo dan Rokok Eceran
Kang bejo tukang becak
Perokok berat 100 batang sehari
Tak peduli istri tak punya beras
Tak peduli si Minul tak punya sepatu
Banyak yang sudah menasehati
Kang Bejo meringis tak peduli
Jangankan sang istri
Pak RT dan pak Lurah pun tak didengarkan
Kang Bejo suka membeli rokok eceran
Di warung mbak Sri Martini
Tak ada uang bisa kredit
Tagihan membengkak urusan nanti
Wahai kang Bejo, dengarkan nasehatku
Berhentilah membeli rokok eceran
Belilah satu pak besar untuk sebulan
Harganya bisa lebih murah
Hantu Jembatan Layang
Kulihat kau hantu perempuan
Mukamu tampak hancur
Seolah-olah korban kecelakaan
Padahal kau setan menyesatkan
Malam itu kau mengganggu tidurku
Mengacaukan mimpiku
Aku sempat ketakutan
Tapi jangan harap aku percaya kepadamu
Lebih baik kau ke gedung DPR
Di sana banyak orang yang bisa kau sesatkan
Atau ke bundaran Hotel Indonesia
Di sana banyak orang menggenggam batu
Mengapa kau menasehatiku
Agar tidak pulang malam
Jangan sok keibuan
Saat ini aku sedang tak butuh ibu angkat
Minggu, 07 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar